Minggu, 12 Juni 2011

Bergembiralah Orang Yang Sejati Kecintaannya Kepada Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam!

Ada sebuah bait syair oleh Al Imam Al Allamah Al Hafidz Syamsuddin Nashiruddin Ad Dimasyqi yang artinya:
v Jika orang kafir ini yakni abu lahab, yang sudah jelas bagiannya
v Dengan surat “Tabbat Yada”-nya di neraka jahim ia kekal
v Bahwasannya setiap hari senin ia selalu mendapat keringanan atau tidak disiksa karena ia bergembira atas kelahiran rasulallah shallallahu alaihi wasallam
v Maka apa prasangka (kita) terhadap hamba yang sepanjang umurnya bergembira dengan kelahiran rasulallah shallallahu alaihi wasallam dan mati dalam keadaan bertahuid!
Syair ini disarikan dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam bukhari dalam sahihnya,
Sebuah rasa gembira yang belum sampai pada tahap cinta dari abu lahab sang paman nabi saja menjadi tebusan siksaan Allah SWT kepadanya, maka alangkah bahagianya lagi jika seseorang dalam hidupnya dipenuhi dengan sinar kepada rasulallah shallallahu alaihi wasallam. Karena rasa cinta itu akan menjadi wujud syukur kita kepada Allah atas pengorbanan cinta rasulallah shallallahu alaihi wasallam kepada kita sebagai ummatnya. Karena begitu banyak dan besar pengorbanan, perjuangan dan permohonan beliau untuk kita ummatnya, begitu besar jasa beliau untuk kita pasa waktu masa hidupnya dan ketika di pindah ke rafiqil a’la pun beliau selalu Dan selalu berjuang untuk kita.
Diriwayatkan dalam sebuah hadis, bahwa rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Hidupku adalah sebuah kaebaikan bagi kalian. Dan wafatku sebuah kebaikan bagi kalian karena seluruh amal kalian di sodorkan padaku, jika aku melihat amal kalian baik maka aku memuji kepada Allah Dan jika aku melihat amal kalian jelek maka aku memohon kepada Allah agar mengampuni kalian”.
Bahkan nabi kita yang tercinta ini tidak rela dan tidak sudi seraya memohon kepada Allah SWT agar jangan ada segelintirpun umatnya yang tidak selamat atau masuk neraka dan begitu juga ketika beliau akan menghembuskan nafas terakhirnya pun yang terucap hanyalah “ummati ummati ummati”. Sungguh anugerah yang besar yang berikan Allah kepada kita, karena kita telah menjadi ummat Rasulallah,
Sekarang pertanyaannya sudah sampai di mana balasan kita? Pekerjaan apa yang sudah kita lakukan untuknya? Apa dan apa?
Dan Allah memerintahkan jika kita mendapat anugerah dan rahmat yaitu dengan bergembira seperti yang beliau firmankan:
قل بفضل الله وبرحمته فبذالك فليفرحوا
Dan rahmat terbesar bagi seluruh alam adalah rasulallah shallallahu alaihi wasallam.
Maka cukuplah Allah memintaa kita untuk bersyukur dengan apa Dengan bergembira. Maka bentuk gembira itu adalah dengan kita sering memebaca shalawat dan menghidupkan kembali sunnah-sunnahnya yang telah ditinggalkan oleh orang sehingga rasa kecintaan itu tumbuh
karena kecintaan dan mahabbah kepada nabi akan menjadi jaminan kesalamatn kita dan perlu difahami apakah cinta kita sudah dibilang ikhlas dan jujur? Dan mahabbabtur rasul itu sendiri adalah sebagai wasilah dan memohon kepada Allah agar kita mati khusnul khotimah.
Diriwayatkan : pernah ada seorang badui datang kepada rasulalallah shalallahu alaihi wasallam menanyakan kapan datangnya hari kiamat? rasulalallah shalallahu alaihi wasallam menjawab : apa kamu sudah punya bekal? Si badui menjawab : bekalku tidak ada wahai rasulullah kecuali cintaku kepadamu kemudian rasulallah menjawab :
المــرء مع من أحب
Manusia akan dikumpulkan kelak bersama orang yang ia cintai….
Jika memang begitu yakni idola dan cinta kita adalah rasulallah dan mati mengucapkan la ilaha illaloh muhammadur rasulallah, sedangkan rasulallah kekal di sorga sudah barang tentu ia juga kekal di sorga juga.
Saudara sahabatku yang di muliayakan Alloh,
Akhirnya  saya selaku pribadi dan para hadirin sekalian mari bersama-sama memohon kepada Allah agar menjadi orang yang selalu mencintai rasulallah dan kelak dikumpulkan bersama beliau di sorga
 Amin Ya Rabbal Alamin …….
"Tulisan ini boleh disebar luaskan dengan tetap mencantumkan alamat blog"

Senin, 23 Mei 2011

Antara Thulul ‘Amal (Panjang Angan-Angan) Dan Qishorul Amal

Al-‘Amal berarti Ar-Roja’ (harapan) yang masih jauh dari bentuk keberhasilan, dengan ini Al-‘Amal bisa dikatakan dengan angan-angan. Bicara masa depan tidak akan pernah terlepas dari pada angan-angan dan harapan, karena keduanya seseorang mempunyai motivasi dan semangat hidup yang kuat, walau kegagalan demi kegagalan telah sering dirasakan, kapan toko yang diharap-harapkan merugi atau bahkan bangkrut. Keterbatasan bukanlah penghalang untuk menjadi orang yang yang maju dan sukses dengan bekal semangat itu, asalkan memahami bahwa kegagalan itu adalah jalan menuju sukses sebelum menuju sukses yang sesungguhnya. Dengan adanya kegagalan seseorang akan belajar intropeksi dan mengevaluasi pekerjaannya yang telah lalu. Kekuatan, harta-benda, rizki dan bermacam-macam kenikmatan hanyalah dari Allah semata, berperasangka bahwa kekayaan dan kenikmatan yang diraih adalah murni hasil jerih payah merupakan salah satu bentuk ketidakfahamannya akan konsep rizki, kalau memang kesuksesan yang diraih adalah murni hasil jerih payah, kenapa orang yang lebih payah dan lebih berat pekerjaannya kok diantara mereka ada yang lebih terpuruk dari pada yang tidak payah, dan harta seseorang yang pekerjaannya sama hasilnya berbeda? Sama-sama pegawai negeri, sama-sama dibidang matematika, dan sama-sama ngajar di SD hasilnya kok berbeda? Inilah realitas hidup dan bukti bahwa kerja bukanlah jaminan tapi hanya bersifat perantara, bahkan kita melihat ada seseorang yang pekerjaannya hanya mengumpulkan kaleng bekas ternyata bisa jadi jutawan dan menjadi seorang pengusaha besi tua yang sukses, kita juga tau tidak semua pengusaha besi tua itu kaya. Begitulah sunnatullah tentang rizki dan kenikmatan yang semuanya hanya dari Allah SWT, kepada siapa, berapa banyak dan kapan rizki itu akan diberikan.
Satu catatan penting bahwa angan-angan dan harapan yang merupakan motivasi hidup, tidak sampai melalaikan seseorang itu kepada Allah SWT, alangkah ruginya seseorang yang lalai dan lupa akan akhirat karena dia hanya akan bahagia di dunianya saja, tapi tidak di akhiratnya – Naudzubillah Min Dzalik –. Perlu ada  penegasan bahwa manusia hidup di dunia memang sangat tergantung terhadap dunia itu sendiri terkait kehidupannya sehari-hari, akan tetapi agar tidak termasuk dari orang yang rugi islam sudah memberikan, mengajarkan dan menentukan aturan-aturan dan batasan-batasannya, ingatlah segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin Bifadlillah Wabirahmatihi (dengan keutamaan Allah dan rahmat-Nya).
Thulul ‘Amal adalah merasa panjang dan masih lama ia hidup di dunia sehingga melupakan kematian, kemudian mengambil tindakan total terhadap dunia, para Ulama’ zaman dahulu (Salaf) berkata: “Orang yang panjang rasa hidupnya di dunia maka jelek amalnya”, karena Thulul ‘amal membawa manusia bersemangat terhadap tipu daya gemerlap dunia, berusaha untuk memakmurkan harta bendanya, menjadikan siang dan malamnya tempat berfikir untuk kehidupan duniawi, baginya perkara dunia akan menjadi sangat penting dan harus cepat diselesaikan sedangkan perkara akhirat adalah hal yang remeh dan dilupakan, hingga akhirnya tidak pernah terlintas bahwa ia akan mati, seakan-akan ajal ada dikekuasaannya mau mati kapan saja sesuka hati, solusi dari pada hal itu adalah banyak melakukan tindakan yang nyata dan memperbanyak amal shaleh.
Sedangkan bersiap-siap dengan amal shaleh sebelum tiba kematian adalah hal yang baik dan suatu keharusan. Menganggap dunia sebagai hal yang bisa dilakukan kapan hari, bersegera serta berusaha untuk perkara akhirat, Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:
(إعمل لدنيك كأنك لاتموت أبدا، واعمل لآخرتك كأنك ميت غدا)
Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau tidak akan mati selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mayyit besok,
Bekerja untuk kebaikan dunia masih bisa dilakukan kapan saja, tidak bisa sekarang masih ada besok, gagal sekarang masih bisa dibenahi dan diperbaiki kapan hari, hingga akhirnya berhasil. Beramal untuk akhirat lakukan sesegera mungkin tidak perlu menunda, lakukan sekarang tidak usah menunggu besok, karena manusia tidak tahu jangan-jangan ajalnya sebentar lagi.

Golongan-golongan Thulul ‘Amal ada tiga:
Pertama: As-Saabiqun dari para Anbiya’ dan As-Shiddiqin, pada asalnya mereka tidak memiliki thulul amal karena mereka selalu merasa akan mati dan ajalnya sudah dekat, otomatis mereka selalu mempersiapkan dirinya untuk perkara akhiratnya, meninggalkan kesibukan dunia secara total kecuali hanya beberapa kebutuhan dunia untuk dirinya dan orang-orang yang ada ditanggungannya,
Kedua: Muqtashid dari para orang-orang terpilih dan orang-orang shaleh, mereka mempunyai angan-angan tapi tidak sampai melalaikan dirinya untuk selalu mengingat Allah SWT, mendarmakan dunianya untuk jalan menuju Allah dan tidak tertipu terhadap gemerlap duniawi. hanya saja mereka tidak diberi kekuatan seperti golongan pertama dalam terus menerusnya mengingat mati, seandainya mereka terus menerus mengingat mati tekadang akan membuatnya tertinggal dari hal-hal yang terkait dengan penghidupannya sehari-hari dan terkadang juga menyebabkan melalaikan akhirat, perlu digarisbawahi bahwa terus-menerus mengingat  kematian adalah hal yang agung yang tidak bisa dimiliki atau dipikul kecuali oleh mereka yang mempunyai sifat kenabian dan As-Shiddiqiyah yang sempurna, dari sisi ini bisa dikatakan bahwa sebagian dari Thulul ‘Amal adalah Rahmat ( kasih sayang) dari Allah SWT.
Ketiga: orang yang tertipu yang teramat panjang angan-angannya sehingga melupakan perkara akhirat dan melalaikan perkara kematian dan cinta dunia (Hubbud Dunya).
Lupa dan berpaling atas perkara akhirat secara total mementingkan dan menyibukkan diri terhadap masalah keduniaan terkadang disebabkan adalah Thulul ‘Amal seperti yang disebutkan, tapi juga terkadang disebabkan keraguan tentang adanya akhirat, dan bimbang bahwa akhirat adalah hak – Wal Iyadu Billah – karena hal ini termasuk dari salah satu bentuk “kufur” pada Allah dan rasul-Nya.
Ciri-ciri yang bisa membedakan antar orang yang terlupa dan lalai  akan akhirat karena Thulul ‘amal dan Ragu terhadap adanya akhirat itu sendiri, pertama jika orang yang lalai karena thulul amal tatkala sakit atau berada pada posisi yang membuatnya akan mati dia akan selalu dan sering mengingat akhirat, menyesal karena telah meninggalkan perbuatan-perbuatan baik, dan berharap agar diberi kesembuhan atau diselamatkan supaya bisa berbuat amal shaleh. Kedua orang yang lalai karena ragu ketika sakit atau berada pada posisi yang disebutkan tadi tidak tampak penyesalan didirinya tapi yang tampak adalah penyesalan karena akan berpisah dengan dunia.

Qhishorul Amal
Qishorul ‘Amal adalah kebalikan dari thulul amal, dengan sendirinya orang yang Qhishorul amal akan sering mengingat mati, selalu berusaha berbuat baik, meninggalkan perkara-perkara yang percuma dan kemalasan serta zuhud (tidak terikat dengan perkara dunia), bersemangat untuk pekerjaan akhirat, selalu bergegas dalam hal tobat dan mengembalikan segala perkara pada Allah SWT, ketika mendapat nikmat mengucapkan Alhamdulillah ketika tertimpa musibah mengucapkan Inna Lillah, karena pada dasarnya kalimat Alhamdulillah dan Inna Lillah adalah dua kata yang berbeda tapi satu maksud yaitu mengembalikan semua perkara pada Allah semata.
 Terkait dengan kezuhudan banyak diantara kita yang salah persepsi, mengartikan zuhud sebagai tindakan menjauh dari perkara dunia dengan segala bentuknya, sedangkan hakikat zuhud itu sendiri adalah tidak terikat dan tidak tergantungnya seorang hamba pada dunia, kita lihat Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau adalah orang kaya-raya, bahkan suatu hari beliau punya tumpukan emas, Sayyidina Abbas yang tubuhnya paling kekar dari sekian sahabat tidak mampu untuk mengangkatnya, pada saat itu juga Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam membagi-bagikan harta itu sampai habis, terkait dengan prinsip kehidupan beliau yang tidak mau menyimpan harta untuk besok, adapun kehidupan beliau sehari-hari memang tidak tergolong mewah bahkan dibawah itu, namun gaya hidup seperti ini adalah pilihan Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri karena beliau ingin hidup miskin, seperti do’anya
Ya allah jadikanlah aku orang miskin, mati dalam keadaan miskin, dan dikumpulkan dengan golongan-golongan miskin.
Walau kehidupannya yang seperti ini abuya As sayyid Muhammad berkata orang yang berkata Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam  miskin hukumnnya adalah “kafir”
Sebuah angan-angan perlu diimbangi dengan langkah kongkrit dan do’a, sudah barang tentu langkah dan do’a itu akan menjadi harapan kita, cepat atau lambat harapan itu bisa terwujud di masa depan yang cerah nanti sesuai janji Allah bahwa semua do’a yang dimohonkan pada-Nya akan diijabahi. 
"Tulisan ini boleh disebar luaskan dengan tetap mencantumkan alamat blog"
Disarikan dari taklim Abina KH. M. Ihya’ Ulumiddin dan berbagai sumber
Hidayatulloh sholeh     
 

Hadirilah rutin pengajian selosoan
Hari: setiap selasa
Jam: ba’da ashar (15:30)
Oleh Abina KH. M. Ihya’ Ulumiddin 
di Ma'had Nurul Haromain 
Jln. Brigjen Abdul Manan Wijaya No. 141 Ngroto Pujon Malang Jatim
          

Jumat, 20 Mei 2011

Agar Hati Lapang

Agar Hati Lapang
Kebahagaiaan, kesenangan dan keberhasilan adalah impian setiap manusia, segala cara ditempuh agar hal tersebut tercapai, sebagian mengartikannya bahwa kebahagiaan itu ya dengan harta-benda, anak dan isteri dan lain-lain.

Permasalah hidup yang menimpa kita sekarang ini kebanyakan cenderung membawa pada kesedihan, kegundahan dan kebingungan dan lain sebagainya karena orientasinya bersifat duniawi seperti yang disebutkan tadi. Agama yang merupakan jaminan seseorang itu bahagia mulai ditinggalkan ditambah dengan pihak-pihak yang hasud terhadap masyarakat islam dan sengaja agar islam terpuruk dengan membuat berbagai propaganda gerakan pendakalan ilmu, munculah tuduhan bahwa agama adalah penghalang kemajuan modern, ilmu agama sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan modern, bahkan adanya pembagian ilmu agama dan ilmu umum pun merupakan hasil rekayasa belaka mereka agar umat islam meninggalkan perkara agamanya dan berlomba-lomba dengan ilmu umum yang arahnya mensejahterakan hidup padahal kita tau bahwa ilmu semuanya dari Allah tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum, hanya saja ada ilmu yang bersifat Asasi (dasar) dan Idlofi (tambahan). Kestresan mulai melanda manusia, kebingungan di sana sini kerap terjadi, kesesedihan terus menerus mengikat, dan kegundahan hati seakan-akan tidak ada putusnya. Dunia yang selama ini di idam-idamkan tidak mampu mengembalikan keharmonisan keluarga yang sudah mulai retak, berbagai macam penyakit berbahaya banyak bermunculan bahkan banyak diantara penyakit itu tidak ada obatnya, kalau sudah begitu apa artinya dunia? Jauh-jauh hari Rasulallah sudah berpesan Bahwa: “Dunia adalah pangkal dari segala kerusakan”. Padahal kalau kita ingin mengevaluasi di situ akan terdapat kesimpulan bahwa kebahagian yang bersifat duniawi tidak ada yang kekal karena kehidupan dunia ini hanya bersifat sementara dan berbentuk grafik yang secara otomatis kebahagian itu juga akan silih berganti antara datang dan pergi, berbeda halnya dengan kehidupan setelah mati yang semuanya abadi, sekali bahagia seterusnya bahagia begitu juga sebaliknya.

Problem hidup kian hari kian meningkat, belum selesai masalah yang satu muncul lagi masalah yang baru, belum selesai dengan sebuah musibah datang lagi musibah yang baru permasalahan pun menjadi komplek dan tak ada jalan penyelesaiannya, dengan kekomplekan tersebut strespun melanda semua lini tua-muda, kaya-miskin, pemerintah-rakyat seakan-akan tidak ada yang benar bahkan terkadang ada diantara kita yang terbesit dalam hatinya “saya ini benar atau salah ya? Yang benar itu kayak apa sih?”. Hingga akhirnya orang yang sabar dan murah hatinya pun menjadi bingung, sesuai dengan sabda Rasulallah :
     ستكون فتن حتى يكون الحليم حيران
Akan datang suatu (masa) fitnah sampai orang yang sabar dan murah hatinya pun kebingungan.
Kembali lagi pada akar permasalah bahwa gemerlap dunia adalah penyebab utamanya terjadinya kebingungan hingga pada taraf stres, berlanjut lagi menjadi frustasi hingga akhirnya defresi, termasuk pangkal dari permasalah itu adalah menganggap diri paling benar yang lain salah tanpa ada toleransi atau merasa bahwa diri ini adalah orang yang paling berat mendapat cobaan dan yang paling tertekan. Atau bisa juga orang itu lebih mendekat pada hal-hal kemaksiatan, lebih dekat pada hal-hal yang dimurkai Allah. kalau sudah begitu sunnatullah berjalan siapa yang berbuat dia yang bertanggung jawab dan muncullah ujian-ujian tadi. Allah menciptakan dunia memang sebagai batu loncatan menuju akhirat, sifatnya yang sementara justeru menjadi tempat yang sangat menentukan bagi manusia akan tempatnya yang abadi kelak di akhirat. Oleh sebab itulah kita tinggal memilih hidup bahagia tapi di akhirat rugi atau sebaliknya, atau di dunia bahagia dan akhirat bahagia, tentunya kita akan memilih yang terakhir, apakah hal itu mungkin? Jawabannya sangat  mungkin karena terkait firman Allah:
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
Wahai Tuhan kami berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari siksa Neraka
dengan ayat ini ada suatu harapan yang jelas bahwa seseorang itu bisa bahagia di dunia dan di akhiratnya. Maka di sini islam mengajarkan beberapa tips agar tidak gampang tersinggung, sempit dada, tidak legowo dan lain-lain.

Sebab-Sebab Kelapangan Dada (Hati):
Sebagai standar umum adalah surat Alam Nasyroch
1.        Tauhidullah
Tauhidullah mengesakan Allah adalah hal yang sangat penting ketika dilanda musibah, satu catatan penting bahwa Allah sangat benci ketika ada seorang hambanya menyekutukan diri-Nya maka orang-orang kafir itu adalah orang yang paling dibenci Allah dan kekafiran itu sendiri adalah dosa paling besar sampai-sampai amal baik si kafir bagi Allah tidak tercatat. Namun ada juga bentuk menyekutukan Allah tapi tidak sampai pada tingkat kafir yaitu Riya’ yang disebut dengan syirik kecil, dan barangkali juga kemurkaan Allah itu datang karena sibuknya kita dengan perkara-perkara yang tidak berbuhubungan dengan Allah dan mulai melupakan-Nya otomatis Allah juga melupakannya. Maka Tauhidullah adalah salah satu bentuk memahami bahwa segala sesuatu dari Allah dan harus kembali pada-Nya dan lapanglah dada seseorang tersebut, gampangannya jika mendapat nikmat Alhamdulillah jika mendapat musibah Inna lillah yang pada dasarnya dua kalimat ini walaupun berbeda mempunyai satu maksud yaitu mengembalikan semua perkara pada Allah, kalau sudah kembali pada Allah maka Allah juga yang mengurus, begitu juga musibah yang datangnya dari Allah salah satunya disebabkan oleh kesalahan kita maka jalan keluarnya kembali lagi pada Allah.

2.        Menyibukkan Diri Dengan Mencari Ilmu
Menuntut ilmu adalah hal yang wajib bagi setiap muslim, dari mulai lahir sampai ia mati. Terkait dengan menuntut ilmu adalah adanya suatu ikatan yang kuat antara ilmu dengan agama yang menjadi sumber dan standar hidup ini, karena ilmu seorang hamba akan tau batasan-batasan yang menjadi pedoman agama itu sendiri dengan begitu seseorang bisa menyelamatkan diri dari hal-hal yang menjadikan Allah murka, selain itu juga akan terjallin suatu ikatan antara guru dengan murid yang keduanya saling melengkapi karena menuntut ilmu tanpa guru justru akan membawa manusia mudah terbawa oleh tipu daya setan, mencari guru juga harus yang jelas karena jangan-jangan salah guru menjadi tersesat, maka dengan adanya ikatan antara guru dengan murid akan terjalin suatu hubungan saling mengingatkan, tentunya jika bagi seorang murid mengingatkannya dengan adab. Dengan berlangsungnya jalinan itu si murid bisa curhat pada gurunya tentang permasalahannya bahkan dengan mengaji atau mencari ilmu uneg-uneg yang selama ini terpendam akan terjawab dengan sendirinya hatipun akan menjadi lapang.

3.        Beramal shaleh
Setiap insan bertanggung jawab atas amalnya, dan di dalam amal shaleh itu ada beberapa hal 1) menjadi cahaya di dalam hati 2) menjadikan wajah cerah 3) menjadikan rizki lancar 4) menjadikan diri dicintai setiap makhluk. Bicara amal shaleh akan selalu ada hubungannya dengan Tuhan dan Saudaranya yang sifatnya menyenangkan, entah itu yang membuat Allah senang – yang mana hal ini merupakan nilai paling penting seseorang itu bahagia di dunia dan di akhirat - ada  pula yang bersifat menyenangkan orang lain. Tindakan menyenangkan orang lain itu terkait dengan Takhalluq Bi Akhlaqillah (berakhlak dengan akhlaknya Allah) yaitu Ar-Rahman Ar-Rahim yang sering kita baca yaitu Bismillahirahmanirrahi, secara otomatis orang yang beramal shaleh akan selalu lapang dadanya karena tindakannya selalu menyenangkan orang lain, senangkanlah orang lain maka Allah akan menyenangkannmu.
     
4.        Hidup pada harimu itu
Ada sebuah syair
ما مضى فات والمؤمل غيب         ولك الساعة التي أنت فيها
“Yang telah berlalu telah hilang, masa depan adalah misteri * dan bagimu adalah waktu yang kamu ada pada saat itu”
Dalam bahasa indonesia dikenal dengan ungkapan “yang berlalu adalah kenangan, masa depan adalah misteri dan sekarang adalah kenyataan. Kerjakanlah segala sesuatu secepat mungkin karena lebih cepat lebih baik selama hal itu positif. Masa lalu biarlah berlalu tidak usah bersedih karena kenangan yang pahit, masa lalu diciptakan Allah agar menjadi pelajaran dan pengalaman bagi kita, semakin banyak belajar dari pengalaman semakin baik masa depan kita. Dikatakan dalam sebuah peribahasa “orang yang tidak mempunyai masa lalu ia tidak akan bisa menghadapi masa depan”. Banyak orang hidup dalam lamunan mereka selalu berandai-andai sehingga hari-harinya terbuang dengan percuma dan sia-sia jadilah ia orang yang thulul amal (panjang angan-angannya), yang mana hal ini menyulut datangnya malas, bosen, dan bingung yang terkadang ia sendiri tidak tau  apa yang membingungkannya. Maka hiduplah pada hari ini kerjakanlah sekarang selama itu positif tidak usah menunggu besok, dengan begitu engkau akan mempunyai harapan akan apa yang engkau kerjakan saat ini dikemudian hari.
     
5.        Tidak adanya perasaan tertekan
Memahami konsep tidak adanya perasaan tertekan adalah dengan meyakini bahwa segala sesuatu yang menimpa kita pasti bisa kita hadapi sesuai firman Allah. Dan terkadang Allah menguji seseorang itu karena Allah sayang dan memilihnya.

6.        Menjauhi maksiat dan larangan-larangan
Sesungguhnya didalam perbuatan maksiat terdapat satu titik kekotoran yang selalu datang, keresahan yang tidak pernah mau pergi serta kegelapan yang menyelimuti, dan hal yang maklum kalau maksiat itu sendiri adalah pangkal datangnya murka Allah dan orang yang menjauhinya akan selalu dilapangkan dadanya oleh Allah.   

7.        Menjauhi memperbanyak perkara boleh (banyak bicara, banyak makan, banyak minum, banyak tidur, banyak pergaulan...)
 Hal yang dimaklumi juga memperbanyak hal-hal yang diperbolehkan seperti bicara, makan, minum, tidur dan pergaulan juga akan mengundang kegelisahan itu terkait dengan hal yang berlebihan yang mana Allah tidak menyukai hal yang berlebih-lebihan.

Dalam kitab An Nujum Az Zahirah Li Salik Thariq Al Akhirah, karya habis Zein Bin Ibrahim Bin Smith, disebutkan sebuah amalan dari Habib Ja’far Bin Ahmad Al-Aydrus bagi orang yang hatinya merasa sempit. Caranya meletakkan tangan kanan pada bagian badan sebelah kiri dibagian dada, lalu membaca surat Alam Nasyroch Laka Shadrak Sampai Akhir Surat, sekurang-kurangnya tiga kali atau tujuh kali, dan amalan ini juga bisa dibaca rutin setelah shalat shubuh.
   "Tulisan ini Boleh disebar luaskan Tapi tetap mencantumkan sumber"